Paradoks (2/3)


Hal kontradiktif kedua (yang pertama bisa dibaca di sini) yang Allah nyatakan dalam Al Qur’an adalah persepsi manusia tentang harta. (Tentang konsepsi rizki bisa dibaca di sini). Harta dan kekayaan dianggap satu-satunya alat tukar untuk membeli kesenangan dan kebahagiaan.

Tentu saja, tak satu pun manusia yang ingin hidupnya menderita, semua ingin bahagia. Dan ketika bahagia itu diidentikkan dengan harta dan kaya, maka jalan satu-satunya untuk melanggengkan kebahagiaan adalah dengan mengakumulasi harta sebanyak-banyak. Seberapa banyak? Kalau bisa bertahan hingga tujuh turunan.

Berkait dengan tabiat kolektif dan akumulatif manusia terhadap harta, Allah sampaikan dalam QS Al-Humazah: 2. “Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung.” Sebuah dorongan syahwati yang mustahil dipuaskan dengan apapun juga.

“Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekali tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (Muttafaqun ‘alaih)

Maka tidaklah mengherankan jika untuk mengakumulasi harta, manusia berupaya melakukan pengorbanan sekecil-kecilnya tapi berharap mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Dalam praktiknya ada orang yang untuk memaksimalkan keuntungan ia tega membayar gaji pekerja sekecil-kecilnya, membayar ganti rugi tanah sekecil-kecilnya, jaminan kesehatan sekecil-kecilnya bahkan kalau perlu tidak harus ada.

Semua pengeluaran yang tidak menghasilkan pemasukan maka itu adalah pemborosan dan harus ditiadakan. Jangankan pengeluaran untuk orang lain, untuk dirinya saja ia harus mempertanyakan keuntungan ekonominya. Kalau misalnya tahun depan berhari raya bersama orang tua, apa keuntungannya, kalau tidak ada keuntungan, maka tak perlu dikerjakan. Hanya buang-buang uang.

Jika berinvestasi, maka orang setipe ini akan memilih investasi low risk high return. Sesuatu yang langka dalam ekonomi. Karena return itu biasanya berbanding lurus dengan risk yang diambil. Jika ada skema inventasi yang low risk high return justru patut dicurigai, karena yang demikian itu adalah inventasi bodong atau money game.

Tapi tahukah mereka, bahwa di dunia ini ada skema investasi yang no risk high return! Skema investasi yang dibuat oleh Dzat Yang Maha Kaya, Yang Tak Pernah Mengingkari JanjiNya.

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. (QS. Al-Baqoroh: 245)

Betapa lembutnya Allah. Ketika dalam Al Qur’an bertebaran ayat yang menyatakan bahwa milikNya apa yang ada di langit dan di bumi, tatkala seorang hamba menginfakkan hartanya, Allah menyebut infaq itu sebagai memberi hutang kepadaNya. Allah menjaminkan bukan saja pengembalian, tetapi juga pengembalian yang berlipat banyak.

Orang berlomba-lomba berinvestasi kepada sesama manusia, meskipun returnnya sedikit dan belum tentu. Sebaliknya ketika ada tawaran investasi dari Allah yang berlipat returnya dan pasti pengembaliannya, kita enggan dan berpaling.

Lisan bisa berdalih apa saja, tapi amal perbuatan yang membuktikannya.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *