,

Integritas


Ada dua ayat di dalam Al Qur’an yang menyandingkan profesionalisme dan integritas sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan,

Ayat pertama adalah ketika salah satu putri dari Nabi Syu’aib merekomendasikan Musa kepada bapaknya untuk mempekerjakan Musa sebagai penggembala.

قَالَتْ إِحْدَىٰهُمَا يَٰٓأَبَتِ ٱسْتَـْٔجِرْهُ ۖ إِنَّ خَيْرَ مَنِ ٱسْتَـْٔجَرْتَ ٱلْقَوِىُّ ٱلْأَمِينُ

Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. (QS. Al Qoshosh: 26)

Sedangkan ayat yang kedua adalah berkenaan dengan Yusuf yang mengajukan dirinya sebagai bendahara kepada Raja Mesir.

قَالَ ٱجْعَلْنِى عَلَىٰ خَزَآئِنِ ٱلْأَرْضِ ۖ إِنِّى حَفِيظٌ عَلِيمٌ

Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan”. (QS. Yusuf: 55)

Allah secara tersirat menyampaikan kepada kita bahwa tiap-tiap pekerjaan memiliki standar profesional dan tuntutan skill yang berbeda-beda. Penggembala membutuhkan kekuatan fisik yang mumpuni, dimana itu tidak terlalu dibutuhkan untuk profesi sebagai bendahara. Sebaliknya, seorang bendahara haruslah memiliki pengetahuan tentang akuntansi dan manajemen logistik, dimana skill ini bukan kualifikasi utama bagi seorang penggembala.

Akan tetapi, ada kualifikasi yang sama yang dibutuhkan dari dua jenis pekerjaan yang berbeda. Baik sebagai penggembala maupun sebagai bendahara, keduanya harus memilikinya. Hal itu adalah integritas. Penggembala harus berintegritas sebagaimana halnya bendahara harus berintegritas.

Hilangnya salah satu dari dua skill tersebut, profesional dan integritas, adalah sebuah musibah. Orang yang secara profesional mumpuni tapi tak beintegritas, maka keahliannya justru akan merusak. Korupsi dan manipulasi tidak dilakukan oleh yang tak punya skill profesional, mereka punya tapi tak amanah. Sebaliknya, jika orang yang berintegritas tapi tak punya skill profesional, maka dia tidak akan perform dalam pekerjaaan yang diberikan kepadanya. Bisa Anda bayangkan, jika pembangunan sebuah masjid, dari perencanaan, gambar dan eksekusinya diserahkan kepada imam masjid yang tak punya latar belakang teknik sipil.

Tapi, Musa dan Yusuf adalah sosok mulia dan sempurna. Yang mengumpulkan dua keutamaan itu pada dirinya. Lalu bagaimana dengan kita yang jauh dari sempurna. Mana yang harus kita utamakan, memilih yang profesional atau mendahulukan integritas. Untuk pertanyaan ini mungkin kita bisa mendengar nasihat dari Pak Hatta, “Orang bodoh bisa diajari, tapi orang culas mustahil diperbaiki!”

Wallahu a’lam.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *