Bercermin Pada Hudaibiyah


Kurang lebih setahun sebakda Perang Ahzab, tiba-tiba Rasulullah mengumumkan bahwa beliau akan melaksanakan ibadah haji (dalam beberapa riwayat menyebut umroh) dan mengajak siapa saja yang memiliki kemampuan untuk bergabung bersama. Ajakan ini disambut dengan antusias oleh sahabat, utamanya dari kalangan muhajirin yang sudah 6 tahun meninggalkan Mekkah.

Akan tetapi sebaliknya, ketika ajakan ini sampai kepada Suku Badwi, pembesar-pembesar mereka justru berembug untuk mencari alasan apa yang bisa diberikan kepada Rasulullah agar mereka tidak turut berangkat ke Mekkah. Salah seorang di antara mereka berkata, “Orang ini (Muhammad SAW) mengajak kita mendatangi suatu negeri yang penduduknya jauh-jauh datang ke Madinah untuk memerangi kita. Sungguh ini tidak boleh terjadi. Kita tidak akan berjalan menuju lubang kematian kita.”

Dan apa yang terjadi pada orang-orang Badwi ini, Allah abadikan dalam QS. Al Fath: 11-12.

Orang-orang Badwi yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan: “Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami”; mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah: “Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya dan syaitan telah menjadikan kamu memandang baik dalam hatimu persangkaan itu, dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa.

Syeikh Yasir Qadhiy memberikan komentar atas ayat dan peristiwa ini, “Subhanallah, dalih dan rasa takut telah membuat orang-orang Badwi ini tercegah untuk mendapatkan kedudukan yang mulia di sisi Allah yang telah didapati oleh sahabat-sahabat mulia.”

10 sahabat yang dijamin masuk surga adalah orang-orang terbaik di antara para sahabat. Sesudahnya adalah Ahlu Badar, orang yang turut serta di Peperangan Badar. Dan yang ketiga adalah orang yang berbai’at di bawah pohon di Hudaibiyah dalam peristiwa Bai’atur Ridwan.

Rasulullah bersama 1400 sahabat berangkat berhaji, kemudian berkemah di Hudaibiyah, hingga terjadi insiden Utsman bin Affan yang membuat Rasulullah mengambil bai’at dari sahabat yang bersama beliau waktu itu. Sebakda bai’at itu Rasulullah bersabda:

Tidak akan masuk neraka seorang pun dari orang yang telah berbai’at di bawah sebatang pohon kayu itu

Bahkan yang lebih dari jaminan terbebas dari siksa neraka itu adalah keridhoan Allah atas mereka.

Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). (QS. Al Fath: 18)

Betapa meruginya orang-orang Badwi itu. Penyakit nifak dan rasa takut telah membuat tercegah dari kebaikan dan kemuliaan.

Dan sejenak, marilah kita merefleksikan apa yang dialami orang-orang Badwi ini kepada diri kita.

Jangan-jangan enggannya kita untuk berinfaq, karena Allah memang tidak mau menerima harta kita.
Jangan-jangan malasnya kita sholat, karena memang Allah tidak berkenan berjumpa dengan kita.
Jangan-jangan malasnya kita membaca Al Qur’an, karena Allah tidak sudi berbicara dengan kita.
Jangan-jangan enggannya kita berdo’a, karena Allah tidak lagi ingin mendengar rintihan kita.

Jangan-jangan tercegahnya kita beribadah, karena Allah enggan memasukkan kita ke dalam kelompok manusia-manusia mulia.

Semoga tidak demikian adanya. Wallahu musta’an.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *